SPR Ngudi Rejeki Kembangkan Sistem Peternakan Sapi Secara Profesional

By Dinas Kominfo Kab. Kediri01 Okt 2020, 13:00:22 WIB Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Peternakan
SPR Ngudi Rejeki Kembangkan Sistem Peternakan Sapi Secara Profesional

Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Ngudi Rejeki di Desa Ngadiluwih, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri berhasil mengubah sistem peternakan konvensional menuju ke professional. Komunitas peternakan sapi ini sekaligus tempat pembelajaran diantara anggotanya. Joni Sri Wasono, ketua SPR Ngudi Rejeki mengatakan, komunitas ini mulai berdiri, sejak 2017 lalu. Bermula dari adanya kelompok peternak sapi yang memiliki satu visi dan misi yang sama, akhirnya diapresiasi oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi kelompok SPR Ngudi Rejeki Mandiri.

"Yang dinaungi oleh SPR Ngudi Rejeki sebanyak 60 peternak. Kemudian saat ini sudah ada tiga SPR di Kabupaten Kediri dan satu SPR di Kabupaten Blitar," kata Joni.

Di SPR Ngudi Rejeki memiliki prinsip beternak sapi secara professional sekaligus menjadi sarana edukasi antar sesama peternak. Konsep beternak professional yang dimaksud adalah beternak secara terukur dengan menimbang sapi hasil budidaya. Sehingga dapat diperoleh potensi daging yang dihasilkan secara tepat.

“Dengan menimbang sapi itu ada ukurannya, sehingga tidak beli kucing dalam karung. Tidak pakai satuan jogrokan atau adekan (mengestimasi harga sapi dengan melihat posturnya). Sehingga bisa dibaca potensi perolehan daging. Untuk peternak dan pembeli tidak akan keliru membeli,” tegasnya.

Ditanya syarat bagi masyarakat yang ingin menjadi anggota kelompok peternak SPR Ngudi Rejeki ini, Joni mengaku, cukup mudah. Pertama adalah berasal dari peternak atau punya niat beternak secara militant. Kemudian, mereka harus tergabung dalam koperasi SPR Ngudi Rejeki. Berikutnya, mengikuti pertemuan pembelajaran rutin. Konsep SPR Ngudi Rejeki ini tidak jauh berbeda dari SPR lainnya yaitu mengajarkan tentang ilmu peternakan berbasis pengalaman sesama anggotanya yang dituangkan dalam metodologi pembelajaran.

Rata-rata anggotanya adalah peternak sapi yang sudah berpengalaman selama bertahun-tahun. Seperti misanya Joni, telah menggeluti usaha ternak sapi lebih dari 20 tahun. "Sebenarnya masyarakat mempunyai pengalaman empirik selama bertauh-tahun dalam beternak, kemudian pengalaman itu dibagikan dalam sekolah ini," beber Joni.

Kemampuan teknis di bidang peternakan dalam pembelajaran di SPR Ngudi Rejeki ini, imbuh Joni, hanya memiliki porsi 20 persen saja. Lalu, 45 persen lainnya adalah cara merubah pola berfikir menjadi peternak yang professional. "Ilmu terakhir yang diajarkan adalah sesama peternak harus bersinergi dan berkolaborasi secara berjamaah yang memegan porsi sebesar 35 persen. Melalui komunitas ini, mudah-mudahan peternak semakin pintar dan berdaulat di Negeri sendiri," tandasnya.

Menjadi wadah pembelajaran beternak, SPR Ngudi Rejeki tidak berdiri sendiri. Selama ini, komunitas ini telah menjalin kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi. Diantaranya, dengan ITB, Kampus Uniska Kediri, kemudian SPR 1111 dan Paguyuban Alumni SMA 1 Kediri (Palmturi) 80.

"Anggota SPR Ngudi Rejeki ini beternak sapi di rumah masing-masing. Kemudian, kita evaluasi setiap bulannya. Apabila ada persoalan, kita carikan solusinya melalui wadah berdiskusi dalam ruang pertemuan. Namun, jika masih sulit, kami bertanya kepada perguruan tinggi yang kami ajak kerjasama," tutupnya. (*).




Tinggalkan komentar Anda via CommentBox