Kreasi Batik Ecoprint, Motif dan Warna Dari Alam

By Dinas Kominfo Kab. Kediri04 Nov 2020, 16:00:48 WIB UMKM, Koperasi dan Perdagangan
Kreasi Batik Ecoprint, Motif dan Warna Dari Alam

Kecintaan terhadap kelestarian alam menjadi tren gaya hidup saat ini, tak terkecuali dengan tren busana, khususnya batik. Akhir-akhir ini berkembang batik ecoprint, batik kontemporer yang menambah khasanah batik etnik disamping batik tulis dan batik cap.

Sesuai namanya, ecoprint dari kata eco asal kata ekosistem (alam) dan print yang artinya mencetak. Batik ini dibuat dengan cara mencetak menggunakan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar sebagai kain batik. Warna dan motif yang dihasilkannya pun berasal dari alam, seperti bunga dan daun-daunan.

Bahan yang digunakan berupa dedaunan, bunga, serabut kelapa dan bahan lainnya dari alam. Tidak seperti batik tulis atau cap, ecoprint menggunakan unsur-unsur alami tanpa bahan sintetis atau kimia. Karena itulah batik ini sangat ramah lingkungan dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

Sih Panganti, pemilik usaha batik di Kecamatan Wates mengatakan, untuk motif dan warna dari batik ecoprint ini berdasar dari bentuk daun dan jenis daun, sehingga hasilnya untuk masing - masing batik tidak sama. Untuk setiap kain dalam penataan posisi daunnya berbeda - beda, sehingga tidak bisa sama antara batik yang satu dengan yang lain.

"Motif dan warna kain semua dari alam, berupa dedaunan dan bunga yang ada di sekitar seperti daun blimbing, daun jati dan daun yodium," ucapnya.

Proses pembuatan ecoprint diawali dengan pengolahan kain yaitu perendaman kain menggunakan air serabut kelapa selama tiga jam. Air serabut kelapa ini akan menghasilkan warna alam merah muda. Selain itu air serabut kelapa memiki tanin untuk mengunci warna pada kain agar tidak luntur.

Selanjutnya  proses pencetakan dengan cara merentangkan kain setengah basah.  Kemudian daun yang telah dipilih, ditata sesuai selera untuk menghasilkan motif pada kain. Dedaunan tersebut kemudian ditutup kembali dengan kain yang telah direndam dengan air serabut kelapa.

Sih Panganti menambahkan, kain digulung menggunakan plastik dengan mempertahankan posisi daun agar tidak bergeser. Setelah itu diikat kencang. Tahapan selanjutnya adalah pengukusan selama 2 jam. Pengukusan ini bertujuan agar warna dasar daun keluar. Setelah proses pengukusan selaesai, kain dibuka, dibersihkan dari sisa-sisa daun yang menempel di kain. Maka motif sudah tercetak di kain. (Kominfo/ag,tee,tj,wk)




Tinggalkan komentar Anda via CommentBox