Guru GTT Tekuni Kerajinan Batik

By Dinas Kominfo Kab. Kediri02 Okt 2020, 15:00:08 WIB UMKM, Koperasi dan Perdagangan
Guru GTT Tekuni Kerajinan Batik

Menginjak usia yang sudah tidak muda lagi, seorang Guru Tidak Tetap (GTT) di Kabupaten Kediri menekuni usaha kerajinan batik. Ada tiga tehnik membantik yang berhasil dikuasai, mulai dari batik tulis dan cap, ecoprint serta sibori.

Perajin batik yang satu ini bernama Ardini dengan nama label Hardini. Ia tinggal di Desa Papar, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri.

"Usia tidak muda lagi. Namun agar tetap berguna, saya akhirnya belajar membatik," ujar Ardini.

Di sela kesibukannya sebagai GTT di SMPN 1 Papar, Ardini mengikuti les membatik. Tempatnya menimba ilmu tersebut di Batik Suminar, Desa Sekoto, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri.

Perempuan berkacamata ini belajar membatik mulai dari teknik dasar hingga akhirnya berhasil menguasai tiga teknik membatik yang populer. Ia pun terus mengembangkan sayap dengan bergabung sejumlah asosiasi batik di tingkat lokal, hingga Jawa Timur.

Seiring dengan kemampuan membatik yang dikuasai, produknya pun kian beragam. Tak hanya berupa kain batik, tetapi juga produk-produk fashion, mulai pakaian, sepatu hingga tas. Bahkan, di era pandemi Covid-19 ini Ardini meluncurkan produk masker dari sibori.

"Sibori saya buat kaos, tas yang mengarah fashion dan barang jadi," imbuh Ardini.

Ardini baru memasarkan produk jadinya melalui media sosial. Memanfaatkan instagram, Ardini memasang nama produknya 'Hardini Batik' dengan akun @hardini_batik.

"Peminat bagus terutama ecoprint dan sibori karena harganya terjangkau. Saya belum pasarkan secara luas, takut tidak bisa melayani pesanan karena masih terikat kesibukan kerja," bebernya.

Diakuinya, permintaan produk kerajinan batik Ardini datang dari lokal hingga luar Kediri. Permintaan paling banyak berasal dari Kalimantan. Bahkan, Ardini pernah melayani pembeli dari luar negeri.

"Saya kerjasama dengan lembaga les Bahasa Inggris di Pare. Kemudian, tenaga asing diajak belajar batik kesini. Akhirnya, mereka beli," tambahnya.

Ardini mematok harga batiknya mulai dari paling rendah Rp 100 ribu hingga Rp 1,7 juta per potong. Harga ini disesuaikan dengan jenis batik dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.

Ardini berterima kasih atas peran Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri. Menurutnya perhatian pemda sangat bagus. Dinas Pariwisata, Perindustrian Perdagangan, dan UMKM selalu memberikan dukungan melalui berbagai pelatihan. (Kominfo/ng,tee,tj,wk)




Tinggalkan komentar Anda via CommentBox